24 Okt 2011

Pendidikan Anak dalam ISLAM

Wahai Saudara/i q, apakah ilmumu hari ini? Sudahkah kau siapkan dirimu untuk masa depan anak-anakmu? Bunda / Ummu / Mama / Ibu, apakah kau sudah menyediakan tahta untuk tempat kembali anakmu? Di negeri yang Sebenarnya. Di Negeri Abadi? Mari kita mengukir masa depan anak-anak kita. Mari persiapkan diri kita untuk itu.

Pertama, tahukah bahwa kesuksesan adalah cita-cita yang panjang dengan titik akhir di Negeri Abadi? Belumlah sukses jika anakmu menyandang gelar atau jabatan yang tertinggi, atau mengumpulkan kekayaan terbanyak. Belum, bahkan sebenarnya itu semua tak sepenting nilai ketaqwaan. Mungkin itu semua hanyalah jalan menuju ke Kesuksesan Sejati. Atau bahkan, bisa jadi, itu semua malah menjadi penghalang Kesuksesan Sejati.

Allah Yang Maha Pemurah Pencurah Berkah, berfirman dalam kitab-Nya:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS 3:185)


Begitulah Saudara q, hidup ini hanya kesenangan yang menipu, maka janganlah tertipu dengan tolok ukur yang semu. Pancangkanlah cita-cita untuk anak-anakmu di Negeri Abadi, ajarkanlah mereka tentang cita-cita ini. Bolehlah mereka memiliki beragam cita-cita dunia, namun janganlah sampai ada yang tak mau punya cita-cita Akhirat.

Kedua, setelah memancangkan cita-cita untuk anak-anakmu, maka cobalah memulai memahami anak-anakmu. Ada dua hal yang perlu kita amati:
Pertama, amati sifat-sifat khasnya masing-masing. Tidak ada dua manusia yang sama serupa seluruhnya. Tiap manusia unik. Pahami keunikan masing-masing, dan hormati keunikan pemberian Allah SWT.
Yang kedua, fahami di tahap apa saat ini anak kita berada. Allah SWT mengkodratkan segala sesuatu sesuai tahapan atau prosesnya. Anak-anak yang merupakan amanah pada kita ini, juga dibesarkan dengan tahapan-tahapan. Tahapan sebelum kelahirannya merupakan alam arwah. Di tahap ini kita mulai mendidiknya dengan kita sendiri menjalankan ibadah, amal ketaatan pada Allah dan juga dengan selalu menjaga hati dan badan kita secara prima. Itulah kebaikan-kebaikan dan pendidikan pertama kita pada buah hati kita.

Pendidikan anak dalam Islam, menurut Sahabat Ali bin Abitahalib ra, dapat dibagi menjadi 3 tahapan / penggolongan usia:
1.Tahap BERMAIN (“la-ibuhum”/ajaklah mereka bermain), dari lahir sampai kira-kira 7 tahun.
2.Tahap PENANAMAN DISIPLIN (“addibuhum”/ajarilah mereka adab) dari kira-kira 7 tahun sampai 14 tahun.
3.Tahap KEMITRAAN (“roofiquhum”/jadikanlah mereka sebagai sahabat) kira-kira mulai 14 tahun ke atas.

Ketiga tahapan pendidikan ini mempunyai karakteristik pendekatan yang berbeda sesuai dengan perkembangan kepribadian anak yang sehat. Begitulah kita coba memperlakukan mereka sesuai dengan sifat-sifatnya dan tahapan hidupnya.

Hal ketiga adalah memilih metode pendidikan. Setidaknya, dalam buku dua orang pemikir Islam, yaitu Muhammad Quthb dan Abdullah Nasih ’Ulwan (Tarbiyatul Aulad fil Islam), ada lima Metode Pendidikan dalam Islam.

Yang pertama adalah melalui Keteladanan atau Qudwah, yang kedua adalah dengan Pembiasaan atau Aadah, yang ketiga adalah melalui Pemberian Nasehat atau Mau’izhoh, yang keempat dengan melaksanakan Mekanisme Kontrol atau Mulahazhoh, sedangkan yang terakhir dan merupakan pengaman hasil pendidikan adalah Metode Pendidikan melalui Sistem sangsi atau Uqubah.

Jangan tinggalkan satu-pun dari ke lima metode tersebut, meskipun yang terpenting adalah Keteladanan (sebagai metode yang paling efektif).
Setelah bicara Metode, ke empat adalah Isi Pendidikan itu sendiri. Hal-hal apa saja yang perlu kita berikan kepada mereka, sebagai amanah dari Allah SWT.

Setidak-tidaknya ada 7 bidang. Ketujuh Bidang Pendidikan Islam tersebut adalah: (1) Pendidikan Keimanan (2) Pendidikan Akhlaq (3) Pendidikan Fikroh/ Pemikiran (4) Pendidikan Fisik (5) Pendidikan Sosial (6) Pendidikan Kejiwaan/ Kepribadian (7) Pendidikan Kejenisan (sexual education). Hendaknya semua kita pelajari dan ajarkan kepada mereka.

Ke lima, kira-kira gambaran pribadi seperti apakah yang kita harapkan akan muncul pada diri anak-anak kita setelah hal-hal di atas kita lakukan? Mudah-mudahan seperti yang ada dalam sepuluh poin target pendidikan Islam ini:

Selamat aqidahnya, Benar ibadahnya, Kokoh akhlaqnya, Mempunyai kemampuan untuk mempunyai penghasilan, Jernih pemahamannya, Kuat jasmaninya, Dapat melawan hawa nafsunya sendiri, Teratur urusan-urusannya, Dapat menjaga waktu, Berguna bagi orang lain.
Insya Allah, Allah SWT akan mengganjar kita dengan pahala terbaik, sesuai jerih payah kita, dan Semoga kita kelak bersama dikumpulkan di Negeri Abadi. Amin. Wallahu 'alam. [edt. RH]

1 Mar 2009

Rabbiul Awwal, Bulan Maulid

Kelahiran Nabi Muhammad saw, merupakan peristiwa yang bersejarah bagi peradaban dunia. Dengan kelahiran hamba utusan Allah, Muhammad Shalallahu 'alaihi Wa sallam, maka telah sempurnalah risalah Agama Tauhid. Ajaran Nabi - nabi sebelum Nabi Muhammad saw akan disempurnakan oleh Allah SWT melalui Rasulullah Muhammad saw.
Menurut ahli sejarah kelahiran Beliau pada bulan Rabbiul Awwal tepatnya hari Senin 12 Rabbiul Awwal. Dan di hari itu pula hancurnya pasukan gajah pimpinan Abrahah yang akan berniay menghancurkan ka'bah.
Bulan Rabbiul Awwal akhirnya lebih dikenal dengan sebutan bulan Maulid / Maulud atau bulan kelahiran. tentunya yang dimaksud kelahiran Nabi Muhammad saw.
Tapi apa ia memang kita diperintahkan untuk memperingatinya ? Atau dengan akulturasi budaya perpaduan budaya Hindu Budha dengan Islam. sehingga m uncuk Grebeg Maulud dengan diaraknya "pusaka" + "sesajen" yang berupa makanan, jajanan. hasil bumi dan lain sebagainya. dan setelah diberi do'a oleh seorang "ulama" maka dengan serta amerta semangat 45 "sesajen" tersebut di serbu oleh penonton, laki-laki, perempuan, tua, muda, anak-anak capur baur templeg bleg di Grebeg tersebut. Apa iya memang harus demikian????????

25 Des 2008

Muharram telah tiba ....

Dzulhijjah bulan pamungkas dalam kalender Hijriyah, dan Muharram - pun akan datang. Muharram yang diistilahkan dalam bahasa jawa 'bulan suro' mempunyai banyak makna. Salah satu orang jawa menyebutnya bulan suro karena di bulan Muharram tepatnya tanggal 10 kita disunnahkan untuk puasa 'Asyuro (hari ke -10), kemudian ama lidah orang jawa termasuk saya disebut suro. Wallahu a'lam.
Dan Muharram inilah yang akan menutup lembar tahun kemarin dan kita buka di bulan Muharram tahun ini. Semoga dosa ditahun kemarin tidak kita ulang, amal shalih ditahun kemarin dapat kita tingkatkan kualitas dan kuantitasnya. OK. Insya Allah (Ya Allah beri kekuatan kepada hamba untuk menjalani sisa usia ini dengan istiqomah di jalan-Mu. Amin)

Ucapan selamat Tahun Baru Islam : Sunnah atau Bid'ah ?
Syaikh Al-Allamah Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah ditanya :Apa hukum mengucapkan selamat tahun baru islam.Bagaimana menjawab ucapan selamat tersebut.

Syaikh menjawab: Jika seseorang mengucapkan selamat,maka jawablah, akan tetapi jangan kita yang memulai.Inilah pandangan yang benar tentang hal ini.Jadi jika seseorang berkata pada anda misalnya:”Selamat tahun baru!, anda bisa menjawab “Semoga Allah jadikan kebaikan dan keberkahan ditahun ini kepada anda” Tapi jangan anda yang mulai, karena saya tidak tahu adanya atsar salaf yang saling mengucapkan selamat hari raya.Bahkan Salaf tidaklah menganggap 1 muharram sebagai awal tahun baru sampai zaman Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu.
Catatan saya:
Ini sama juga untuk ucapan-ucapan yang biasa beredar semisal “Kullu ‘aamin wa antum bi khoirin”.Juga mengenai Hari Raya Lebaran, boleh mengucapkan “Mohon maaf lahir batin” dan yang semisal selama tidak mengandung dosa. (Abu Umair As-Sundawy)

Masih menurut Abu Umair As-Sundawy

Menjelang tahun baru islam 1429H yang sebentar lagi akan kita jumpai, saya coba sampaikan penjelasan Syaikh Ibn Jibrin.Berikut keterangan beliau :

Alhamdulillahirobbil ‘aalamin
.Shalawat serta salam semoga tercurah kepada semulia-mulia para Rasul.Sesungguhnya tahniah adalah kabar gembira dan senang dengan segala sesuatu yang menggembirakan jiwa-jiwa yang berbahagia dengannya.

Adalah dulu Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam memberitakan kabar gembira kepada sahabat-sahabatnya akan kedatangan bulan Ramadhan.Maka inilah petunjuk (dalil) akan kebolehan ucapan kebahagiaan dengan apa yang senang dengannya dalam urusan dunia dan akhirat.

Maklum adanya bahwa Tahun Baru membawa kebahagiaan dan kesedihan.Rasa bahagia dengan telah genapnya satu tahun penuh yang terisi dengan keistiqomahan dan keteguhan diatas agama dan juga rasa aman, kesehatan dan kehidupan bahagia,selama setahun penuh, maka atas keadaan ini maka bertahniah dengannya dan mendoa’akan sebagian mereka kepada sebagian lain dengan ucapan kehidupan yang baik, panjang umur diatas ketaatan.

Adapun rasa sedihnya (ketika datangnya tahun baru) adalah bahwa berlalunya tahun-tahun itu semakin mendekatkan kita kepada ajal dan memangkas umur kita.Keadaan seperti alhamdulillah ada keterangan bahwa Rasulullah ketika melihat hilal bulan baru berkata :

الحمد لله على طول الأعمار والتردد في الآثار، الحمد لله الذي أذهب عنا شهر كذا وآتانا من شهر كذا

Maka demikianlah juga dalam tahun tahun yang berlalu, karena tahun lebih panjang rentang waktunya (dari bulan). Maka bersyukur memuji Allah karena dapat mendapati pergantian tahun tersebut sebagaimana melalui datangnya bulan Ramadhan dan saling menyelamati sesama saudara muslim dengannya dan saling bertahniah dan mendoakan keberkahan pada aktu-waktu yang bahagia seperti saat masuknya Ramadhan, hari Raya Islam dan semisalnya seperti dengan ucapan “Selamat semoga tahun ini membawa engkau kepada kebahagiaan” atau Semoga Allah mengembalikan pada kita semisal tahun lalu yang berkah” Atau “Semoga keberkahan menyertai anda dalam tahun yang mudah-mudan penuh keutamaan” atau Semoga Allah menjadikan anda dari golongan yang kembali pada Nya” atau “Semoga sukses ditahun ini dengan keridhoan Allah ta’ala”.

Hal ini sebagaimana disyariatkanya do’a agar diterima setelah selesainya dari suatu ibadah dalam musim tertentu seperti haji dan umrah dengan ucapan misalnya “Taqobbalallahu hajjaka aw umrotaka”(semoga Allah menerima haji mu atau umrahmu) atau “semoga anda mendapati kebaikan atas haji mu” atau “Barakallah laka fi hadzal ‘amal ash-shalih” (Keberkahan atasmu atas amal shalih ini) atau “Semoga Allah jadikan haji mu sebagai amal shalih dan usaha yang diganjar” atau yang semisal..Allahu a’lam.

Ucapan-ucapan seperti ini teranggap dari do’a- do’a yang dianjurkan.Telah ada dorongan dalam mendo’akan sesama muslim terhadap saudaranya dalam event-event tertentu (munasabat) seperti kesembuhan atas penyakit, kedatangan dari safar, kelahiran anak,tahniah ketika memasuki awal ramadhan.Yang seperti ini tidak terlarang mengucapkan tahniah dengan hari raya, dengan kedatangan bulan Ramadhan atau dengan masuknya tahun baru. Ini dari sisi kebahagiaan dan senang dengan panjangnya kehidupan kita dengan tetap berpegang teguh dengan sunnah dan amal shalih,sama saja apakah dalam bentuk bersalam jabat tangan, atau dalam bentuk tulisan , dengan telepon dan yang semisal.

Syaikh Abdullah bin Abdurrahman bin Jibrin
Website resmi beliau : http://www.ibn-jebreen.com/article2.php?id=11 (5 Januari 2008)

Salam, Abu Umair As-Sundawy
NB:Sejumlah fatwa Syaikh Ibn Jibrin terkait dalam masalah tahniah dapat disimak di http://www.ibn-jebreen.com/ftawa.php?view=masal&subid=788&parent=785